Senin, 17 September 2012

pernikahan dan perceraian

Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Ketika dua orang manusia baik itu pria dengan wanita, pria dengan pria lainnya (gay), dan wanita dengan wanita lainnya (lesbian), sama-sama bersedia untuk membagi hampir seluruh kehidupannya bersama dengan orang lain yang sebelumnya tidak dia kenal sama sekali.

Hal tersebut tentu merupakan hal yang sangat sulit sekali karena seorang manusia akan hidup bersama-sama dengan seorang manusia lainnya untuk jangka waktu yang sangat lama sekali. Pernikahan sendiri merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk diceraikan apalagi kita hidup di Indonesia yang menganggap bahwa pernikahan adalah suatu proses yang sakral. Hal ini menyebabkan terjadi suatu proses yang disebut sebagai masa pacaran (courting). Masa pacaran adalah suatu masa yang ditandai dengan usaha dua manusia untuk mengenal lebih dekat satu dengan lainnya.

Proses pacaran terjadi karena kita tidak ingin menikah (atau tinggal serumah) begitu saja dengan orang asing. Ketika kita sudah mengenal dengan orang tersebut lebih dekat, pernikahan belum tentu terjadi. Banyak sekali pertimbangan dalam suatu proses pernikahan karena konsekuensi yang diterima oleh individu tersebut saat sudah menikah. Pada intinya, ketika seseorang sudah masuk ke dalam pernikahan, individu tersebut harus bersiap dengan segala konsekuensi pernikahan yang diharapkan seminimal mungkin karena individu sudah mengenal dekat pasangannya melalui masa pacaran.

Selanjutnya, perceraian suatu proses kehidupan penting lainnya dalam kehidupan manusia. Ketika dua manusia yang dipersatukan melalui pernikahan sudah berhenti merasakan perasaan yang sama ketika memutuskan untuk menikah pada dahulu kala. Perceraian juga bukan proses yang muda karena individu yang memutuskan untuk bercerai juga harus menghadapi berbagai konsekuensi.

Salah satu konsekuensi terbesar pada perceraian adalah status yang harus disandang oleh suami istri yaitu sebagai duda dan janda. Dua status yang sama-sama tidak mudah karena akan mendapatkan banyak sekali pandangan masyarakat (meskipun menurut saya masyarakat cenderung berpandangan lebih negatif terhadap para janda). Hal ini sendiri menjadi pertimbangan tersendiri banyak orang sehingga memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahan meskipun sehancur apa pun.

Saya sendiri memiliki pendapat bahwa perceraian tidak perlu dilakukan, namun dapat digunakan cara lain yaitu dengan tinggal terpisah dengan pasangan. Hal ini untuk mencegah pertengkaran antar pasangan dan hal ini sangat baik untuk istri-istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Namun, ketika perceraian tetap harus dilakukan, kedua mantan suami-istri harus sama-sama menyesuaikan diri dengan kehidupan sebelum pernikahan namun terdapat tambahan yaitu status baru sebagai duda dan janda dan pada kebanyakan kasus yaitu adanya anak-anak.

Hal ini membuat penulis mencapai suatu kesimpulan bahwa pernikahan dan perceraian adalah suatu hal yang bertolak belakang. Namun, keduanya memiliki konsekuensi yang sama-sama harus dipertimbangkan oleh manusia yang memutuskan untuk menjalaninya.



salam hangat,


penulis

daya tarik suatu misteri...

Teman: "Eh cewe itu cakep banget loh, Fer!"
Saya: "Ah biasa aja lah kalo menurut gue!"

Tulisan di atas merupakan sedikit gambaran mengenai salah satu percakapan saya dengan teman dekat saya mengenai seorang wanita cantik yang sempat lewat di depan kami beberapa hari.

Daya tarik merupakan suatu misteri sejak dahulu kala. Salah satu pertanyaan terbesar dalam benak saya adalah apa yang membuat seseorang menarik. Kalau bagi saya seorang wanita dianggap menarik ketika tingginya kira-kira di atas 175 cm, yang artinya saya hanya tetarik terhadap wanita yang memiliki postur yang tinggi. Seorang teman saya di kegiatan UKM Radio UNTAR menganggap bahwa wanita yang cantik adalah wanita yang "imut" dan lucu.

Hal ini membuat saya menyadari bahwa manusia memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda. Meskipun standar kecantikan yang berbeda-beda, terdapat satu persamaan dalam standar kecantikan setiap manusia di dunia ini yaitu kita mengharapkan pasangan yang tidak "aneh-aneh" wajahnya. Tidak "aneh-aneh" wajahnya maksudnya adalah kita mengharapkan wajah pasangan kita senormal pria atau wanita lain di dunia ini. Tentu kita tidak mengharapkan tidak ada cacat apa pun pada wajah pasangan kita.

Kenyataan ini menyebabkan banyak wanita (dan beberapa pria) untuk menggunakan produk make-up dan melakukan prosedur operasi plastik. Meskipun banyak orang tidak setuju dengan prosedur kedua, saya menganggap bahwa operasi plastik merupakan berhak dilakukan semua manusia. Untuk merasa percaya diri adalah hak setiap manusia juga. Akan tetapi, operasi plastik yang berlebihan merupakan hal yang tidak dianjurkan sama sekali. Operasi plastik harus direncanakan dengan matang.

Namun, bagi saya pada akhirnya, kita tetap mengharapkan pasangan kita adalah seorang pria atau wanita yang kepribadiannya membuat kita nyaman. Ketertarikan fisik menurut pandangan saya adalah jalan pembuka awal sebelum kita mengenal pria atau wanita tersebut lebih dalam.




salam hangat,


penulis

Minggu, 09 September 2012

ibu rumah tangga? why not?

Menurut pandangan saya akhir-akhir ini terjadi fenomena yaitu kurang dihargainya ibu rumah tangga. pada saat ini. Seiring bertambahnya harga-harga sembako memang menuntut wanita untuk menjadi seorang pekerja kantoran untuk meningkatkan finansial keluarganya. Hal ini menyebabkan kadang-kadang ibu rumah tangga dianggap "malas" karena tidak meningkatkan finansial keluarga sama sekali. Padahal, mereka tetap memiliki peran vital bagi keluarganya.

Hal ini merupakan sebuah ironi ketika kita lihat pada zaman dahulu kala wanita akan dianggap membangkang suami ketika bekerja. Sekarang, saat wanita ingin kembali ke "peran lamanya", banyak sekali orang yang menganggap rendah profesi ibu rumah tangga.

Saya sering kali melihat bahwa banyak sekali feminis *cukup banyak aliran* khususnya di Amerika Serikat yang menganggap bahwa ibu rumah tangga merupakan profesi yang hina karena mereka menganggap bahwa memiliki pekerjaan kantor merupakan simbol kemandirian wanita. Mereka mengkritik habis-habisan wanita yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.

Akan tetapi, bagi saya ibu rumah tangga juga dapat menjadi simbol kemandirian wanita. Mengapa? Karena kehadiran ibu rumah tangga tentu keluarga dapat menghemat banyak biaya, misalnya biaya pembantu rumah tangga yang akhir-akhir ini juga semakin meningkat. Selain itu, keberadaan ibu di rumah menyebabkan perkembangan anak juga benar-benar diawasi dengan baik selain itu sang ibu akan semakin dekat dengan anak-anaknya.

Namun, tetap kita harus realistis pada situasi zaman ini, ketika memang finansial keluarga kritis dibutuhkan keluarga dual-income yaitu keluarga yang suami istrinya sama-sama bekerja. Akan tetapi, kita juga harus bersyukur karena keberadaan Internet banyak sekali variasi pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah, misalnya menjual barang dagang melalui online shop.

Kemajuan zaman ini membuat profesi ibu rumah tangga menjadi sebuah profesi yang tidak dapat dianggap enteng. Ibu rumah tangga tetap mampu untuk menghasilkan uang dari rumah dan mengurus anak-anaknya, bahkan menghemat banyak sekali pengeluaran rumah tangga. Suatu keuntungan yang besar bagi suami yang mendapatkan istri seperti itu.

Jadi, kesimpulannya ibu rumah tangga? Why not?




salam hangat,


penulis

wanita dan pria itu berbeda bahkan sejak kecil

Memang tidak dapat kita sangkal bahwa sejak kecil wanita dan pria sudah dididik dan diperlakukan secara berbeda, bahkan saat masih di kandungan sekali pun. Misalnya saat membeli pakaian untuk sang calon buah hati orangtua bayi sudah menentukan warna pakaian untuk mereka.

Saat bertambah besar sedikit, anak laki-laki dan perempuan sudah diarahkan untuk memainkan permainan tertentu yaitu mainan mobil untuk anak laki-laki dan boneka untuk anak perempuan. Namun, akhir-akhir ini banyak sekali balita yang sudah dibelikan orangtuanya iPad yang sebenarnya tidak terlalu mendidik menurut saya.

Pada kesimpulannya memang wanita dan pria diarahkan ke hal-hal yang berbeda, hal ini menurut saya tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah.

Sampai tahap tertentu pengarahan perilaku feminim tetap diperlukan, tentu wanita yang terlalu tomboy merupakan suatu permasalahan tersendiri. Namun, ketika ketika pengarahan tersebut menyebabkan kebebasan seorang wanita terhambat tentu bukanlah suatu hal yang positif

Selain itu, secara fisik wanita cenderung tidak sekuat pria hal ini menurut saya menyebabkan wanita cenderung mengalami isu-isu yang berbeda dengan pria salah satunya yaitu raping.

Raping yang terjadi pada wanita saat proses perkembangan tentu akan menimbulkan efek negatif pada jangka panjang dan bila terjadi kehamilan kadang-kadang ada wanita tertentu yang tidak berpikir panjang langsung melakukan aborsi.

Bagi saya jika memang sangat terpaksa aborsi merupakan hal yang diperkenankan. Akan tetapi, jika aborsi dilakukan karena seks pranikah atas dasar "suka sama suka" bagi saya merupakan suatu hal yang tidak boleh dilakukan karena merupakan perbuatan pengecut "lempar batu sembunyi tangan"

Isu lain adalah perbedaan sistem reproduksi pria dan wanita dan fenomena menstruasi juga ikut ambil bagian dalam perkembangan wanita. Premenstrual syndrome yang dialami wanita saat masa-masa menstruasi mempunyai warna tersendiri dalam perkembangan wanita. Hal ini menyebabkan terkadang banyak hal-hal unik yang dialami oleh wanita, tidak dialami oleh pria demikian sebaliknya.

Pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa perlakuan yang berbeda antara pria dan wanita tentu akan menyebabkan terjadi perbedaan atas perkembangan mereka. Selain itu, bentuk anatomi tubuh juga mempengaruhi hal tersebut. Sehingga, jelas sekali perbedaan perkembangan pria dan wanita terjadi tidak hanya karena faktor nurture, tetapi juga faktor nature.




salam hangat,


penulis